Golden Sunrise Puncak Sikunir
Pada waktu itu 14 Agustus 2013, tibalah saatnya hari yang telah kita rencanakan jauh-jauh untuk menuju puncak Sikunir, Dieng. Kami memutuskan berangkat pukul 01:00. Oh iya, kami 8 orang asli dan tinggal di Purwokerto, oleh karena itu kami memutuskan berangkat dini hari dari tempat tinggal kami, menurut perhitungan kami, perjalanan menggunakan sepeda motor dari tempat tinggal kami menuju ke Puncak Sikunir kurang lebih 3 jam an. Setelah kami semua berkumpul, kami langsung berangkat menggunakan 4 sepeda motor. Namun yang terjadi tidaklah seperti yang kami rencanakan, kami kurang perhitungan. Ternyata pada waktu itulah puncak suhu dingin di wilayah kami, begitu pula di Puncak Sikunir. Perjalanan kami pun tidak sesuai jadwal, karena dinginnya udara malam, mau tidak mau kami harus sering istirahat untuk menghangatkan badan. Dan perjalanan yang semula kita rencanakan 3 jam menjadi 4 jam. Kami tiba di Desa Sembungan yang berada di ketinggian 2302 mdpl pukul 05:00 (sempet nyasar juga karena jalan minim penerangan dan penunjuk arah, belum lagi jarak pandang yang sangat terbatas karena tebalnya kabut pagi itu). Ya, kami memang pertama kali ke Puncak Sikunir, Jadi kami sempat beberapa kali nyasar. Setelah sampai di tempat parkir, kami bertanya pada penduduk setempat "jam berapa tepatnya matahari muncul?", jawaban orang tersebut sangat mengagetkan kami, orang tersebut menjawab "biasanya jam 05:20 mas, cepetan naik, 20 menit lagi mas" benar saja, ketika saya melihat jam tangan saya, waktu sudah menunjukan pukul 05:02, kurang dari 20 menit lagi matahari muncul, sia sia perjuangan kita menembus dingginnya malam dari Purwokerto sampai ke Dieng jika kita gagal melihat "Golden Sunrise".
Perjalanan dilanjutkan dengan mendaki jalan setapak licin yang diapit jurang dan hutan. Udara terasa sangat dingin. Saat mendaki Sikunir, winter jacket dan sarung tangan terasa belum cukup untuk melindungi tubuh dari dinginnya angin yang menggigit. Ditambah lagi dengan jalan mendaki yang serasa tak kunjung sampai. Nafas mulai tersengal dan jantung serasa hendak berhenti berdetak.
Ketika sudah hampir putus asa, jalan tiba-tiba melandai. Wah, akhirnya berhasil juga sampai ke puncak. Pemandangan yang terhampar di depan sungguh sangat menakjubkan. Lembah yang masih gelap nun jauh di bawah sana nampak berkelap-kelip dengan lampu-lampu yang menyala di desa-desa kecil yang tersebar diantaranya. Gunung Sindoro berdiri kokoh di depan mata. Hamparan awan dan kabut di bawah kami memberikan kesan bahwa kami benar-benar berada di negeri di atas awan. Bentangan langit cerah dengan ribuan bintang semakin menambah keindahan suasana. Semburat jingga mulai terlihat di ufuk timur, menampilkan keindahan siluet Sindoro yang disusul dengan bayangan Gunung Merbabu, Sindoro, Sumbing, Ungaran, dan Merapi yang nampak mungil dengan kepulan asap tipisnya. Penat kaki akibat mendaki dan sakitnya dada yang tersengal langsung sirna...
Dan inilah beberapa oleh-oleh yang kami dapatkan dari Puncak Sikunir
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar